Lintah dan kutu mewabah di Perairan Danau Toba, persisnya di daerah pemandian Pesanggerahan Istana Presiden Soekarno Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun.
Lokasi ini merupakan daerah yang biasa dikunjungi oleh wisatawan untuk berenang di Perairan Danau Toba. Kutu-kutu ini banyak terlihat di bebatuan dan pasir-pasir yang ada di lokasi pemandian.
Kutu dan lintah ini sudah menyerang pengunjung bernama Mangasi saat menikmati air Danau Toba pada Rabu lalu (15/2/2017).
Akibat serangan ini, Mangasi mengalami gatal-gatal di sekujur tubuhnya. Untuk mengurangi rasa gatalnya Mangasi terpaksa mengolesi tubuhnya dengan bedak.
Belum diketahui dari mana asal muasal kutu dan lintah ini bisa mewabah, namun ada dugaan karena banyaknya pencemaran yang diakibatkan keramba jaring apung (KJA) dan perusahaan ternak babi yang diduga tidak ramah lingkungan di sekitar Danau Toba.
Dengan mewabahnya lintah dan kutu ini, diharapkan para pengunjung yang ingin menikmati Danau Toba dengan cara berenang untuk lebih berhati-hati, jika tidak ingin terserang gatal-gatal disekujur tubuh.
Pada tahun 2015, ada seorang wisatawan yang sedang berenang dihinggapi lintah tubuhnya. Alhasil ia harus dirujuk ke klinik Unit Gawat Darurat.
Layakkah Sandang Monaco of Asia?
Pencemaran air di Danau Toba kian mengkhawatirkan. Kini air danau toba diserang oleh kutu dan lintah hingga membahayakan wisatawan yang akan mandi di sana.
Kawasan Danau Toba akan diplot manjadi satu di antara 10 lokasi sebagai Kawasan Strategis Nasional hingga akan dijadikan sebagai Monaco of Asia.
Danau Toba yang direncanakan menjadi Monaco of Asia merupakan ambisi pemerintahan Jokowi usai berkunjung ke sana tahun 2016 lalu. Namun kondisinya saat ini tergolong darurat.
Saban tahun air tercemar dengan munculnya hama air spesies hewan lintah dan kutu.
Holmes Hutapea, aktivis lingkungan yang mengatasnamakan Pejuang Danau Toba, mengungkapkan pencemaran air berupa jenis hewan lintah dan kutu sudah ada sejak tahun 2015.
Hal itu dibuktikan adanya wisatawan yang sempat dilarikan ke Klinik Unit Gawat Darurat Parapat lantaran sekujur badannya dilengketi lintah usai mandi di Danau Toba.
Bahkan pihaknya sudah melakukan penyelidikan dengan cara menyelam ke dalam danau. Di mana telah ditemukan lintah di dasar danau maupun di permukaan dangkal.
"Jadi, limbah-limbah perusahan besar ternak ikan dengan pengadaan Keramba Jala Apung (KJA) dan ternak babi di kawasan Danau Toba itu kami duga penyebab munculnya hama air sejenis lintah dan kutu," kata Holmes, Jumat (17/2/2017)
Disebut Holmes, perusahaan besar itu di antaranya adalah PT Aquafarm, perusahaan Swiss yang mengembangkan usaha budidaya ikan dengan KJA di Danau Toba sejak 1998.
Saat ini PT Aquafarm Nusantara memiliki tiga lokasi KJA di Danau Toba, yakni di Kabupaten Samosir, Toba Samosir, dan Simalungun.
Selain PT Aquafarm Nusantara, sejak awal 2012, sebuah perusahaan peternakan ikan besar juga hadir di Danau Toba, tepatnya di wilayah pantai Tanjung Unta, Tambun Raya, Tiga Ras, Kabupaten Simalungun, yakni PT Suri Tani Pemuka, anak perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Aktifis lingkungan yang mengatasnamakan Pejuang Danau Toba, menelusuri dan mengungkapkan pencemaran air berupa jenis hewan lintah dan kutu di Kawasan Danau Toba. (Tribun-Medan.com) |
Selain perusahaan ternak ikan, diduga ada limbah yang berasal dari Perusahaan ternak babi PT Allegrindo Nusantara yang berlokasi Nagori Urung Pane, Kecamatan Purba, Kabuapaten Simalungun.
"Setidaknya ada tiga perusahaan penyumbang limbah ke air danau. Dan itu penyebab munculnya lintah dan kutu."
"Itu ada Aquafarm, anak perusahaan Japfa, dan Allegrindo perusahaan ternak babi. Itu pencemaran berupa limbah polusi ke air mereka capai sampai 69 persen terhadap air. Sedangkan limbah perhotelan dan masyarakat 31 persen. Dan iitu sudah terverifikasi dari data dan sudah terpublikasi di media-media massa," beber Holmes.
Lebih lanjut dijelaskan Holmes, Kelompok Pejuang Danau Toba ini sudah membawa sampel ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Simalungun yang bertempat di Kelurahan Parapat, dengan mengumpulkan lintah dan kutu yang dimasukkan ke dalam botol.
Aktivis lingkungan yang mengatasnamakan Pejuang Danau Toba, menelusuri dan mengungkapkan pencemaran air berupa jenis hewan lintah dan kutu di Kawasan Danau Toba. (Tribun-Medan.com) |
"BLH gak pernah mempublis sama masyarakat. Percuma gedung besar tapi pelayanannya tidak ada. Ada pa ruoanya mereka dengan perusahaan besar itu?"
"Kita sudah berikan sampel ke BLH Simalungun. Tapi sampai sekarang tidak ada ditanggapi. Mereka terkesan menutup diri. Karena kita tahu, dari tingkat provinsi dan kabupaten sampai yang terendah sudah dapat saweran" tukas Holmes, mantan penyelam PT Aquafarm.
"Sesuai kata Luhut sewaktu menjabat Menpolhukam untuk membersihkan namanya KJA tanpa ada toleransi dan harus diselesaikan secara bermartabat. 2016 Desember itu paling lama sudah harus dibersihkan," jelasnya
Menanggapi hal ini Kadis Pariwisata Simalungun Resman H Saragih membenarkan diriny sudah tahu adanya temuan hama spesies lintah dan kutu yang diduga berasal dari pencemaran limbah perusahaan.
Namun dalam hal ini dirinya mengarahkan agar pihak BLH yang lebih berwewenang menjelaskan.
"Iya benar saya ada tahu soal isu lintah dan kutu di air Danau Toba. Tapi kurang tahu saya bagaimana itu penanganannya. Lebih tepatnya tanya saja ke BLH. Mereka lah yang lebih tahu itu gimana penjelasannya dan sumbernya dari mana kok bisa ada," kata Resman H Saragih.
Berikut Videonya :
(tribun-medan.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar